Kompilasi Lintas Genre Nan Kaya libatkan 11 band dan musisi varian ragam genre

0

Album Kompilasi tersebut persembahan D'Jenks bertajuk Soundemic Vol.1






Seputarmusikindo - Ada sebuah tantangan tersendiri saat sebuah album kompilasi dibuat. Apalagi bila konten album tersebut memuat banyak lagu dari berbagai aliran, gaya, atau sebut saja genre musik.

Bila sekadar nyomot dan menyatukan lagu-lagu lintas-genre tersebut dalam satu kemasan kompilasi, ya simple saja. Tapi apakah metode asal nyomot tersebut bisa dipertanggung jawabkan, baik dari sisi musikalitas hingga komersil? Biasanya sih tidak, serta berakhir tak jelas tujuannya.

Di sini butuh ‘pagar’ atau konsep yang membentuk ‘lapangan bermain’si album kompilasi tersebut. Paling tidak audiens paham,sebenarnya apa sih yang ingin disajikan si album.

Dengan demikian selama menyimaknya, audiens masih berada di koridor yang sama. Begitu juga dengan album Soundemic Vol. 1 ini. Sekilas ketika kita melihat playlist yang ada, melibatkan 11 band dan musisi dengan varian genre serta warna beragam, mungkin kita dengan mudah menilainya asal nyomot saja.

Nyatanya tidak! Tak hanya lintas genre, para pengisi kompilasi ini juga bisa beda gaya/warna walau satu genre. Misal ada tiga band yang selama ini diketahui ada di barisan Jamaican Sound (Sound Solution, Sentimental Moods, dan Djenks), namun uniknya masing-masing memiliki warna tersendiri di karya-karya mereka. Atau di ‘mahzab’ elektronik dan hip-hop, sebut saja seperti SickStudio Clan dan Dangerdope, atau bisa jadi Racun Kota. Coba simak, kita akan tersirat benang merah elektroniknya, namun masing-masing memilih unsur pengayaan musiknya dengan cara dan keunikan tersendiri.

Bahkan Hahawall, Syifa Sativa, dan juga The Sleting Down, yang terdengar seperti teralienasi, beda sendiri, dengan teman-teman kompilasinya. Sleting Down dengan warna rockabilly-nya tetap terdengar nyambung dan melebur dengan lainnya. Lalu warna balada folky ala Syifa Sativa, yang bukannya bikin drop dan tenggelam di tengah kompilasi yang didominasi keriuhan suara dan efek-efek gahar, tapi malah stand out, jauh dari diremehkan.

Terdeteksi bahwa dua band ini tetap memiliki rumpun akar yang sama: attitude rock’n roll dengan filosofi penuh ekplorasi, pemberontakan, dan kejahilan! Apalagi bila bicara Hahawall, band asal Jakarta, yang mengajak audiens-nya berkontemplasi dengan sajian-sajian noise raungan gitar,efek, bahkan harmoni nyeleneh. Apalagi kalau bukan (lagi-lagi) soal filosofi di atas yang melatarbelakangi kreativitas mereka?

Benang merah ini terus menjalar hingga ke band-band lawas yang terhitung legendaris di skena punk dan keluarganya seperti The Sabotage dan The Stocker ini. Dengan tekstur warna musik serta sound mereka yang sudah jadi trade mark masing-masing, mereka tetap produktif berkarya, terus mewarnai circle musikal yang berpengaruh tak hanya di kisaran skena namun juga umum. Percuma lah bila kita bermain kata untuk bercerita tentang mereka, langsung saja simak karya-karya mereka di kompilasi ini. Ditanggung kita akan menagih!

Jadi apa dasar pemilihan lagu-lagu ini hingga sah dinyatakan sebagai album kompilasi dengan konsep yang bukan asal ‘nyomot’? Lepas dari masalah warna musik, genre, dan sejibun masalah teknis lainnya, penamaan Soundemic paling tidak secara sederhana bisa diterjemahkan sebagai ‘musik-musik selama pandemic’.

Pastinya musik-musik yang dijejali banyak gizi dan keasyikan bila kita menyimaknya di album ini, sangat pantas. Tak hanya dinikmati, namun juga mampu memperkaya khasanah musikalitas kita. Ya, menggambarkan betapa kaya dan beragamnya musik lintas-genre yang ada di negeri ini.


Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)