STINGHAZE meluncurkan music video bertajuk Bandit Ibu Kota

0

seputarmusikindo

 Stinghaze terbentuk pada April 2017, berasal dari kata 'Sting' yaitu Dosting (Dosis Tinggi) dan 'Haze ' yang diambil dari lagu Jimmy Hendrix berjudul Purple Haze. 

 Konsep awal band ini adalah memainkan musik heavy rock 70an seperti Led Zeppelin, Black Sabbath dan juga Deep Purple, berawal dari Yoga (Gitar) dan Farhan (Mantan Drumer) mengenyam pendidikan di sebuah universitas dan memiliki ketertarikan sama dalam bermusik, Yoga dan Farhan menggaet Bowo untuk memainkan bass, Nisfhi sebagai vokalis dan Rei (Gitar) untuk mengisi rhythm. 

 Dalam proses terbentuknya Stinghaze sekarang ini, ada banyak halangan yang membuat beberapa personil lama digantikan oleh personil baru yaitu Panji (Vokalis), Fikar (Bass), dan juga Risky (Drum) untuk menggantikan Nisfhi, Bowo, dan Farhan.

 Tema yang diangkat oleh Stinghaze sendiri ialah isu sosial yang terjadi di sekitar. Stinghaze sebagai band, pada praktiknya menggunakan musik sebagai media untuk menyuarakan masalah sosial di sekitar kita yang dianggap. Melalui setiap lagu yang sudah dan akan dirilis, Stinghaze ingin menyampaikan sebuah cerita dan memberikan pesan tersirat bagi pendengar yang mungkin memiliki perasaan sama terhadap isu sosial. 

 Stinghaze sendiri telah merilis dua buah karya yang berjudul “Distorsi” dan “Genosida” pada layanan musik digital. Kedua lagu tersebut juga membawa pesan serta tanggapan terhadap isu sosial yang ada di sekitar masyarakat.

 Single ke tiga kami yang berjudul “Intrik” juga menceritakan tentang keresahan terhadap pilpres 2014, di mana kedua kubu saling serang untuk mendapatkan tempat teratas. 

 Lagu ini dibuat berdasarkan asumsi  semata tentang "Pemilihan Presiden 2019" yang akan datang. Panji sebagai penulis lirik sekaligus vokalis,  hanya berimajinasi berdasarkan kerjadian-kejadian pada pemilihan presiden pada 2014 silam. 

 Stinghaze sendiri juga merasa dikejutkan dengan kerusuhan dan kekacauan yang terjadi di depan BAWASLU pada 22-23 Mei lalu, cerminan imajinasi yang didasari asumsi semata menjadi sebuah realita nyata. 

 Panji sebagai penulis lagu merasa seperti menyaksikan mimpi yang menjadi kenyataan pada lagu ini
Sayang sekali perilisan single terbaru ini tidak dijadwalkan pada saat yang bersamaan dengan kejadian tersebut. Namun dengan adanya kerusuhan di BAWASLU dan sekitarnya, Stinghaze sendiri berharap para pendengar merasakan adanya kaitan lagu ini dengan peristiwa 22-23 Mei yang lalu dan mengingat masa itu, karena setiapu kejadian akan menjadi sejarah di masa yang akan datang.


 Lagu “Intrik" dirilis pada 30 Agustus dalam layanan pemutar musik digital. Proses rekaman lagu Intrik berlangsung di Apache Music Studio, Bekasi. Proses rekaman membutuhkan waktu kurang dari 24 jam untuk menyelesaikan lagu ini (termasuk istirahat) karena materi sudah rampung jauh sebelum jadwal rekaman. 

 Proses merekam lagu ini juga tergolong melelahkan karena pada saat itu ada beberapa tambahan part yang diimprovisasi untuk menyempurnakan lagu ini. Selebihnya mtinggal menunggu hasil proses mixing dan mastering.

 Ada beberapa pengalaman menarik dalam proses merekam lagu ini,  mulai dari proses mengambil suara bass oleh personil baru yaitu Fikar, munculnya ide-ide baru untuk lagu berikutnya, datangnya kkawan-kawan yang mendukung kami selama ini, sampai senda gurau yang terjadi selamau hampir setiap proses merekam.

 Meskipun begitu, dalam prosesnya tentu saja tidak lepas dari beberapa kendala teknis seperti, sulitnya memperkirakan tempo metronom dan menyanyikan lagu ini secara lepas, karena proses mengambil suara vokal dilakukan pada malam hari.

 Rencana Stinghaze ke depannya setelah merilis lagu Intrik ini adalah merilis video lirik dan single kami yang ke empat berjudul “Bandit Ibu Kota”.

Selanjutnya merekam dua lagi untuk melengkapi mini album kami yang akan berisikan enam lagu. Setelah itu kami berencana untuk mengirimkan demo lagu kami ke label rekaman yang ingin menampung lalu membuat rilisan fisik berupa CD serta Merchandise untuk menunjang hasil karya dan juga promosi kami.

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)